Minggu, 09 Juli 2017

Hukum Bersiwak Ketika Berpuasa Bagian 20





HUKUM BERSIWAK KETIKA BERPUASA



وَهَلْ يُكْرَهُ لِلصَّائِمِ بَعْدَ الزَّوَالِ فِيْهِ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّافِعِيُّ وَالرَّوْضَةِ أَنَّهُ يُكْرَهُ 

Dan apakah dimakruhkannya untuk orang yang berpuasa setelah tergelincirnya mata hari, didalamnya ada khilaf, maka yang rajih dalam kitabnya Ar-Rafi'i dan dalam kitab 《 AR-RAUDHAH 》 bahwasannya bersiwak setelah tergelincirnya matahari adalah di makruhkannya 

لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : 《 لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ 》 

Karena sabdanya Nabi saw : 《 sungguh perubahan bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah, dari bau harumnya minyak misik 》 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 يَوْمَ الْقِيَامَةِ 》 

Dan dalam riwayat lain : 《 di hari qiamat 》 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 32 

وَالْخُلُوْفُ بِضَمِّ الْخَاءِ وَاللَّامِ هُوَ التَّغَيُّرَ وَخَصَّ بِمَا بَعْدَ الزَّوَالِ لِأَنَّ تَغَيُّرِ الْفَمِ بِسَبَبِ الصَّوْمِ حِيْنَئِذٍ يَظْهَرُ فَلَوْ تَغَيَّرَ فَمُهُ بَعْدَ الزَّوَالِ بِسَبَبِ آخَرَ كَنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ فَاسْتَاكَ لِأَجَلِ ذَلِكَ لَا يُكْرَهُ وَقِيْلَ لَا يُكْرَهُ الْاِسْتِيَاكُ مُطْلَقًا  

Dan lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 huruf Kha' dan Lam di baca dengan Dammah dan makna lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 perubahan dan dikhususkan dengan apa terjadinya waktu setelah tergelincirnya matahari karena sesungguhnya perubahan mulut dengan sebab berpuasa pada waktu itu adalah suci, maka seandainya berubah bau mulutnya setelah tergelincirnya matahari dengan sebab yang lain, seperti tidur atau lainnya, maka bersiwak karena itu, tidak di makruhkannya dan di katakan tidak di makrukan bersiwak secara mutlak 

وَبِهِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الثَّلَاثَةَ وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَقَالَ القَاضِي حُسَيْنُ يُكْرَهُ فِي الْفَرْضِ دُوْنَ النَّفْلِ خَوْفًا مِنَ الرِّيَاءِ 

Dan dengannya berkata para Imam yang tiga dan menrajihkan Imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan berkata Al-Qadhi Husain adalah di makruhkannya bersiwak dalam puasa fardu dan tidak di makruhkan puasa sunnah karena takut dari riya' 

وَقَوْلُ الْمُصَنِّفِ لِلصَّائِمِ يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ الْكَرَاهَةَ تَزُوْلُ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ وَهَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَقِيْلَ تَبْقَى الْكَرَاهَةُ إِلَى الْفِطْرَ، وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Dan perkataan Al-Mushonnif untuk orang yang berpuasa di ambil darinya bahwa kemakruhan bersiwak hilang dengan tenggelamnya matahari dan ini adalah yang Shahih dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan di katakan akan tersisa kemakruhannya sampai iedul fitrih, dan Allah yang lebih mengetahui 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 33 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Syarat Benda Yang Boleh Di Gunakan Untuk Cebok Bagian 50

SYARAT-SYARAT BENDA YANG BOLEH DI GUNAKAN UNTUK BERISTINJA' ( CENOK ) وَاعْلَمْ أَنَّ كُلَّ مَا هُوَ فِی مَعْنَى ال...