MAKNA SIWAK DAN BERSIWAK YANG SANGAT DI ANJURKAN DAN CARA BERSIWAK
ثُمَّ السِّوَاكُ يَتَأَكَّدُ اسْتِحْبَابُهُ فِي مَوَاضِعَ مِنْهَا عِنْد تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمِ وَغَيْرِهِ وَالْأَزْمُ قِيْلَ السُّكُوْتُ الطَّوِيْلُ وَقِيْلَ هُوَ تَرْكُ الْأَكْلِ
Kemudian bersiwak di tetapkan kesunahannya dalam beberapa tempat darinya ketika berubah bau mulut dari Azm dan lainnya dan makna 《 AL-AZMU 》 dikatakan adalah diam yang panjang dan dikatakan adalah meninggalkan makan
وَقَوْلُهُ وَغَيْرِهِ يَدْخُلُ فِيْهِ مَا إِذَا تَغَيَّرُ يَأْكُلُ مَالَهُ رَائِحَةِ كَرِيْهَةِ كَالثَّوْمِ وَالْبَصَلِ وَنَحْوِهِمَا وَمِنْهَا عِنْد الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ
Dan perkataannya dan yang lainnya akan masuk di dalamnya sesuatu, jika berubah akan memakan yang memilikinya bau dapat di benci, seperti bawang putih dan bawang merah dan yang menyerupai keduanya dan darinya ketika bangun dari tidur
كَانَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ اِسْتَاكِ 》
Ada Hadits Rasulullah saw : 《 jika terbangun dari tidur, maka bersiwak 》
وَرُوِيَ : 《 يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ 》
Dan di riwayatkan : 《 membersihkan mulutnya dengan siwak 》
وَمَعْنَى يَشُوْصُ :
Dan makna lafadz 《 YASYUUSHU 》 adalah
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 33
يُنَظِّفُ وَيَغْسِلُ وَوَجْهُ تَأْكِيْدُ الْاِسْتِحْبَابِ عِنْدَ الْقِيَامِ مِنْهُ أَنَّ النَّوْمِ يَسْتَلْزِمُ تَرَكَ الْأَكَلِ وَالسُّكُوْتَ وَهُمَا مِنْ أَسْبَابِ التَّغَيُّرِ وَمِنْهَا عِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلاَةِ
membersihkan dan mensucikan dan alasan penegasan yang di anjurkan ketika bangun darinya bahwa tidur membutuhkan meninggalkan makan dan diam dan keduanya dari sebab berubah bau mulut dan darinya ketika bangun untuk melakukan Shalat
لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ 》
Karena sabdanya Nabi saw : 《 seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap Shalat 》
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : 《 رَكْعَتَانِ بِالسِّوَاكِ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةَ بِلَا سِوَاكِ 》
Dan dari 'Aisyah ra dari Nabi saw bersabda : 《 Dua Raka'at Shalat yang di kerjakan dengan bersiwak, maka lebih utama dari tujuh puluh Raka'at yang di kerjakan dengan tanpa bersiwak 》
وَالسِّوَاكُ مُتَأَكِّدُ عِنْدَ الْقِيَامُ إِلَى الصَّلَاةِ وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْفَمِ مُتَغَيِّرًا وَلَا فَرْقَ بَيْنَ صَلَاةِ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ حَتَّى لَو صَلَّى صَلَاةً ذَاتَ تَسْلِيْمَاتٍ كَالضُّحَى وَالتَّرَاوِيْحِ وَالتَّجَهُّدِ اسْتَحَبَّ لَهُ أَنْ يَسْتَاكَ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَكَذَا لِلْجَنَازَةِ وَالطَّوَافِ وَلَا فَرْقَ بَيْنَ الصَّلَاةِ بِالْوُضُوْءِ أَوِ التَّيَمُّمِ أَوْ عِنْدَ فَقَدِ الطَّهُوْرَيْنِ وَيَتَأَكَّدُ الْاِسْتِحْبَابُ أََيْضًا عِنْدَ الْوُضُوْءِ
Dan bersiwak pasti ketika bangun untuk melakukan Shalat dan jika tidak memungkinkan mulut berubah dan tidak ada perbedaan di antara shalat fardhu dan shalat sunnah sehingga seandainya dia mengerjakan Shalat yaitu Shalat yang memiliki beberapa pengakuan, seperti Shalat Duha dan Shalat Tarawih dan Shalat Tahajjud, maka di anjurkan kepadanya untuk bersiwak pada setiap Raka'at begitu juga untuk Shalat Janazah dan melakukan Thawaf dan tidak ada perbedaan antara Shalat dengan Wudhu' dan Tayammum atau ketika kehilangan bersuci keduanya dan di tetapkan yang di anjurkan juga adalah ketika berwudhu'
وَإِنْ لَمْ يُصَلِّ لِمَا وَرَدَ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءِ 》
Dan jika tidak melakukan Shalat, karena apa yang di nyatakan : 《 Seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap berwudhu' 》
وَيَسْتَحِبُّ عِنْد قِرَأَةِ الْقُرْآنِ وَعِنْدَ اصْفِرَارِ الْأَسْنَانِ وَإِنْ لَمْ يتَغَيَّرَ الْفَمِ
Dan di anjurkan ketika membaca Al-Qur'an dan ketika kuningnya gigi dan jika tidak beruba bau mulut
وَاعْلَمْ أَنَّهُ يَحْصُلُ الْاِسْتِيَاكُ بِخِرْقَةٍ وَبِكُلِّ خُشْنِ مُزِيْلُ وَالْعَوْدُ أَوْلَى وَالْأَرَاكَ أَوْلَى
Dan ketahuilah bahwasannya terjadi bersiwak dengan sobekan kain dan dengan setiap benda yang kasar bisa menghilangkan dan kayu lebih utama dan kayu arok lebih utama
وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ بِيَابِسَ نَدَى بِالْمَاءِ وَيُسْتَحَبُّ غَسْلُهُ لِيَسْتَاكَ بِهِ ثَانِيًا وَلَوْ اِسْتَاكَ بِإِصْبَعٍ غَيْرُهُ وَهِيَ خَشِنَةٌ أَجْزَأَ قَطْعًا قَالَهُ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَفِي إِصْبَعُهُ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّوْضَةِ
Dan lebih utama kayu tersebut dengan yang kering melembabkan dengan air dan di anjurkan menyucinya pada siwak dengannya untuk di gunakan kedua kalinya dan seandainya bersiwak dengan jari-jari tangan yang lainnya dan ia kasar, maka boleh secara pasti, perkataannya imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 dan dalam menggunakan jari-jari tangannya adalah khilaf, yang rajih dalam kitab 《 RAUDAH 》
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 34
لاَ يُجْزَئُ وَالرَّاجِحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ الْأَجْزَاءِ وَبِهِ قَطْعَ الْقَاضِيْ حُسَيْنِ وَالْمُحَامِلِيُّ وَالْبَغَوِيُّ وَالشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدْ وَاخْتَارَهُ الرُّوْيَانِيُّ فِي الْبَحْرِ وَلَا بَأْْسَ أَنْ يَسْتَاكَ بِسِوَاكِ غَيْرِهِ بِإِذْنِهِ
tidak di bolehkan dan yang rajih dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 di bolehkan dan dengannya mengukur Al-Qadhi Husain dan Al-Muhamili dan Al-Baghawi dan Asy-Syeikh Abu Hamid dan memilihnya Ar-Ruyani dalam kitab 《 AL-BAHAR 》 dan tidak apa-apa untuk bersiwak dengan siwak orang lain, dengan izinnya
وَيَسْتَحِبُّ أَنْ يَسْتَاكَ بِيَمِيْنِهِ وَبِالْجَانِبِ الْأَيْمَنِ مِنْ فَمِهِ وَأَنْ يُمِرَّهُ عَلَى سَقْفٍ حَلْقِ إِمْرَارًا لَطِيْفًا وَكُرَّاسِيْ أَضْرَاسُهُ وَيَنْوِيَ بِالسِّوَاكِ السَّنَةِ وَيسْتَحِبُّ عِنْد دُخُوْلِ الْمَنْزِلِ وَعِنْدَ إِرَادَةِ النَّوْمِ، وَاللّٰهُ أَعْلَمُ
Dan di sunnahkan untuk bersiwak dengan tangan kanannya dan dengan di mulai samping kanan dari mulutnya dan melintasnya di atas langit-langit kerongkongan melewati secara lembut dan dan kursi-kursi gigi gerahamnya dan meniatkan dengan siwak mengikuti sunnah dan di anjurkan ketika masuk rumah dan ketika ingin tidur
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 35
Wallahu A'lam Bish-Showab