Sabtu, 15 Juli 2017

Cara Mengucapkan Niat Ketika Berwudhu' Bagian 23







CARA MENGUCAPKAN NIAT KETIKA INGIN BERWUDHU' 



وَأَمَّا الْفُرُوْضُ فَسِتَّةُ كَمَا ذَكَرَهُ الشَّيْخُ٬ أَحَدُهَا : النِّيَّةُ 

Dan adapun kewajiban berwudhu' maka ada enam, sebagaimana di sebutkan oleh Syekh, Salah satunya : Niat 

لِقَوْلِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامْ : 《 إِنَّمَا الْأَعْمَال بِالنِّيَّاتِ 》 

Karena sabda Nabi saw : 《 Sesungguhnya semua perbuatan itu, tergantung dengan niat 》 

وَهِيَ فَرْضٌ فِي طَهَارَاتِ الْأَحْدَاثِ وَلَا تَجِبُ فِي إِزَالَةِ 

Niat adalah suatu kewajiban dalam mensucikan hadats dan tidak wajib niat dalam menghilangkan 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 35 

اَلنَّجَاسَاتِ عَلَى الصَّحِيْحِ وَالْفَرْقُ أَنَّ الْمَقْصُوْدِ مِنَ النَّجَاسَاتَ إِزَالَتُهَا وَهِيَ تَحْصَلُ بِالْغَسْلِ بِخِلَافِ 

Najis-najis, atas pendapat yang shahih dan perbedaan bahwa yang di maksud dari najis-najis dari yang menghilangkannya dan cara menghilangkan najis adalah dapat terjadi dengan membasuh, dengan ada khilaf 

الْأَحْدَاثِ فَإِنَّ طَهَارَتَهَا عِبَادَةُ فَتَفْتَقِرُ إِلَى نِيَّةِ كَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ كَذَا قَالَهُ الرَّافِعِيُّ 

Al-Hadats, maka bahwa mensucikannya adalah ibadah, maka memerlukan kepada niat, seperti selain melakukan ibadah, sebagaimana perkataannya Ar-Rafi'i 

وَشَرْطُ صِحَّتُهَا الْإِسْلَامِ فَلَا يَصِحُّ وُضُوْءُ الْكَافِرُ وَلَا غَسْلُهُ عَلَى الصَّحِيْحُ لِأَنَّ النِّيَّةِ عِبَادَةِ 

Dan Syarat sah nya Wudhu' adalag islam, maka tidak sah wudu'nya orang kafir dan tidak sah mandi hadats-nya, atas pendapat yang shahih karena sesungguhnya niat adalah ibadah 

وَالْكَافِرُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِهَا وَلَا تَصِحُّ طَهَارَةُ الْمُرْتَدُ قَطْعًا تَغْلِيْظًا عَلَيْهِ 

Dan orang kafir bukan dari ahli ibadah dan tidak sah bersucinya orang murtad secara pasti sebagai penekanan atasnya 

وَوَقْتُ النِّيَّةِ الْوَاجِبَةِ عِنْدَ غَسْلِ أَوَّلِ جُزْءٍ مِنَ الْوَجْهِ لِأَنَّ أَوَّلِ الْعِبَادَاتِ الْوَاجِبَةِ وَلَا يُثَابُ عَلَى السُّنَنِ الْمَاضِيَةِ وَكَيْفِيَّتُهَا إِِنْ كَانَ الْمُتَوَضِيْءُ سَلِيْمًا لَا عِلَّةَ بِهِ أَنَّ يَنْوِيَ أَحَدَ ثَلَاثَةِ أُمُوْرِ 

Dan waktu niat yang wajib adalah ketika membasuh bagian pertama dari wajah karena sesungguhnya pertama ibadah yang wajib dalam wudhu' dan tidak memberikan pahala atas sunnah yang dahulu dan tatacaranya niat jika ada orang yang berwudhu' selamat, tidak ada penyakit dengannya bahwa meniatkan salah satu yang ketiga perkara ini 

أَحَدُهَا : رَفْعُ الْحَدَثِ أَوِ الطَّهَارَةُ عَنِ الْحَدَثِ 

Pertama : menghilangkan hadats atau bersuci dari hadats 

الثَّانِي : أَنْ يَنْوِيَ اِسْتِبَاحَةَ الصَّلَاةِ أَوْ غَيْرُهَا مِمَّا لَا يُبَاحُ إِلَّا بِالطَّهَارَةِ 

Kedua : untuk meniatkan yang membolehkan melakukan Shalat atau selainnya dari yang tidak di bolehkan kecuali dengan bersuci 

الثَّالِثُ : أَنْ يَنْوِيَ فَرْضَ الْوُضُوْءِ أَوْ أَدَاءِ الْوُضُوْءِ وَإِنْ كَانَ النَّاوِي صَبِيًا 

Ketiga : untuk meniatkan fardu-nya wudhu' atau melaksanakan wudhu' dan jika ada yang di niatkan anak kecil 

قَالَ النَّوَوِيُّ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَلَوْ نَوَى الطَّهَارَةَ لِلصَّلَاةِ أَوِ الطَّهَارَةَ لِغَيْرِهَا مِمَّا يَتَوَقَّفُ عَلَى الْوُضُوْءِ كَفَى 

Berkata Imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 dan seandainya berniat bersuci untuk melakukan Shalat atau bersuci untuk selainnya dari yang bergantung atas wudhu', maka telah cukup 

وَذَكَرَهُ فِي التَّنْبِيْهِ وَلَوْ نَوَى الطَّهَارَةَ وَلَمْ يَقُلْ عَنِ الْحَدَثِ لَا يَجْزِيَهُ عَلَى الصَّحِيْحِ لِأَنَّ الطَّهَارَةَ تَكُوْنُ عَنِ الْحَدَثِ وَعَنِ النَّجَسِ فَلَا بُدَّ مِنْ نِيَّةِ تَمْيِزٍ وَلَوْ نَوَى الْوُضُوْءَ فَقَطْ صَحَّ عَلَى الْأَصَحَّ فِي التَّحْقِيْقِ وَشَرْحُ الْمُهَذَّبِ بِخِلَافِ مَا إِذَا نَوَى الْغَسْلِ وَهُوَ جَنَبَ فَلَا يَكْفِي 

Dan menyebutkannya dalam peringatannya dan seandainya niat bersuci dan tidak berkata dari menghilangkan hadats, maka tidak mendapatkan balasan pahala ibadah, atas pendapat yang Shahih karena sesungguhnya bersuci pasti dari hadats dan dari najis, maka tidak ada pilihan dari perbedaan dan seandainya niat berwudhu' saja, maka shah wudhu'nya, atas pendapat yang Ashah dalam kitab  《 AT-TAHQIQ 》 dan kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 beda dengan apa, jika niat mandi dan dia adalah keadaan junub, maka tidak cukup 

وَفَرَّقَ الْمَاوَرْدِيُّ بِأَنَّ الْوُضُوْءَ لَا يُطْلِقُ عَلَى غَيْرِ الْعِبَادَةِ بِخِلاَفِ الْغَسْلِ وَلَوْ نَوَى رَفْعُ الْحَدَثِ وَالْاِسْتِبَاحَةِ فَهُوَ نِهَايَةُ النِّيَّةُ 

Dan di bedakan oleh Al-Mawardi bahwasannya berwudhu' tidak di mutlakkan atas selain beribadah, beda dengan mandi dan seandainya niat menghilangkan hadats dan membolehkan melakukan Shalat maka dia adalah kesimpulan dari niat 

وَأَمَّا مَنْ بِهِ عِلَّةِ كَمَنْ بِهِ سَلَسَ الْبَوْلِ أَوْ كَانَتْ مُسْتَحَاضَةِ فَيَنْوِيَ الْاِسْتِبَاحَةِ عَلَى الصَّحِيْحِ وَلَا يَصِحُّ أَنْ يَنْوِيَ رَفْعَ الْحَدَثِ لِأَنَّ الْحَدَثَ مُسْتَمِرَّ وَلَا يتَصَوَّرُ رَفْعَهُ 

Dan adapun orang yang dengannya memiliki penyakit, seperti orang dengannya SALASAL BAUL ( kencing terus menerus ) atau wanita mustahadhah, maka berniat membolehkan melakukan Shalat, atas pendapat yang Shahih dan tidak sah jika berniat menghilangkan hadats karena sesungguhnya hadats berkesinambungan dan tidak dapat di gambarkan menghilangkannya 

وَقِيْلَ : يَجِبُ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا يَكْفِي أَحَدَهُمَا 

Dan di katakan : wajib untuk menjama' diantara keduanya dan cukup salah satu keduanya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 36 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Syarat Benda Yang Boleh Di Gunakan Untuk Cebok Bagian 50

SYARAT-SYARAT BENDA YANG BOLEH DI GUNAKAN UNTUK BERISTINJA' ( CENOK ) وَاعْلَمْ أَنَّ كُلَّ مَا هُوَ فِی مَعْنَى ال...