4. AIR NAJIS
قَالَ : وَمَاءٌ نَجِسٌ وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَيْنِ فَتَغَيَّرُ هَذَا هُوَ الْقِسْمُ الرَّابِعُ مِنَ الْمِيَاهِ وَهُوَ كَمَا ذَكَرَهُ يَنْقَسِمُ إِلَى قَلِيْلٍ وَكَثِيْرٍ
Al-Mushonnif berkata : air najis adalah air yang kemasukan benda najis ke dalamnya dan air itu adalah di bawah dari dua qullah atau ada dua qullah, maka air tersebut berubah, ini adalah bagian yang ke empat dari air dan air adalah sebagaimana penjelasannya yaitu air terbagi kepada air yang sedikit dan air yang banyak
فَأَمَّا الْقَلِيْلُ فَيَنْجُسُ بِمُلاَقَاةِ النَّجَاسَةِ الْمُؤَثِّرَةِ سَوَاءٌ تَغَيَّرُ أَمْ لاَ كَمَا أَطْلَقَهُ الشَّيخْ لِمَفْهُوْمِ قَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ
Maka adapun air yang sedikit, maka akan najis dengan bertemunya najis yang memberikan bekasn sama berubah atau tidak, sebagaimana yang telah di mutlakkan Syekh karena memahami sabdanya Nabi saw
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 22
وَالَّسلاَمُ : 《 إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلُ خَبَثًا 》 وَفِي رِوَايَةِ 《 نَجِسًا 》 : فَدَلَّ الْحَدِيْثُ بِمَفْهُوْمِهِ عَلَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ دُوْنَ قُلَّتَيْنِ يَتَأَثَّرُ بِالنَّجَاسَةِ وَاحْتَرَزَ بِالنَّجَاسَةِ الْمُؤَثِّرَةِ عَنْ غَيْرِ الْمُؤَثِّرَةِ
《 jika air sampai dua qullah, maka air itu tidak mengandung pada kotoran 》 dan dalam riwayat lain 《 Najis 》 maka menunjukkan hadits itu dengan mafhumnya atas kebalikannya, bahwasannya jika ada air di bawah dua qullah akan di pengaruhi dengan najis dan berhati-hatilah dengan najis yang memberi bekas dari najis yang tidak memberi bekas
قَالَ النَّوَوِي فِي الرَّوْضَةِ : كَالْمَيْتَةِ الَّتِي لاَ نَفْسَ لَهَا سَائِلَةِ مِثْلَ الذُّبَابِ وَالْخَنَافِسَ وَنَحْوِهَا وَكَالنَّجَاسَةِ الَّتِي لاَ يُدْرِكُهَا الطَّرْفِ لِعُمُوْمِ الْبَلْوَى بِهِ وَكَمَا إِذَا وَقَعَ الذُّبَابِ عَلَى نَجَاسَةِ ثُمَّ سَقَطَ فِي الْمَاءِ وَرَشَاشِ الْبَوْلِ الَّذِي لاَ يُدْرِكُهُ الطَّرْفُ فَيَعْفَى عَنْهُ وَكَمَا إِذَا وَلَغَتِ الْهِرَّةِ الَّتِي تَنَجَّسَ فَمُهَا ثُمَّ غَابَتِ وَاحْتَمَلَ طَهَارَةُ فَمِهَا
Berkata Imam Nawawi dalam kitab 《 RAUDHAH 》 : seperti bangkai tidak ada darah mengalir kepadanya, seumpama lalat dan kumbang dan semisalnya dan seperti najis yang tidak dapat di kenalinya oleh mata karena ke umuman kejadian denganya dan sebagaimana jika pengaruh seekor lalat yang ada di atas najis, kemudaian jatuh ke dalam air dan percikan air kencing yang tidak dapat di kenalinya oleh mata, maka akan di maafkan darinya dan sebagaimana jika jilatan kucing yang terkena najis mulutnya, kemudian najis itu menghilang dan mempengaruhi kesucian mulutnya
فَإِنَّ الْمَاءَ الْقَلِيْلَ لاَ يَنَجَّسَ فِي هَذِهِ الصُّوَرِ
Maka sesungguhnya air yang sedikit tidak dapat menjadi najis dalam gambaran ini
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 23
Wallahu A'lam Bish-Showab