HUKUM BULU ANAK ADAM DAN HEWAN YANG RONTOK
وَيَسْتَثْنَى أَيْضًا الْيَسِيْرُ مِنَ الشِّعْرَ النَّجْسِ فَلاَ يَنْجَسُ الْمَاءُ الْقَلِيْلُ صَرَّحَ بِهِ النَّوَوِيُّ فِي بَابِ الْأَوَانِي مِنْ زِيَادَتِهِ وَنَقْلَهُ عَنِ الْأَصْحَابِ
Dan di kecualikan juga, sedikit dari rambut yang najis, maka tidak menajiskan yang air sedikit, di terangkan oleh imam Nawawi dalam Bab yang menerangkan wadah pada Kitab 《 AL-AWANI 》 dari tambahannya dan menukilnya dari para Ulama' Syafi'i
قَالَ : وَلاَ يَخْتَصُّ بِشَعْرِ الْآدَمِيِّ فِي الْأَصَحِّ، أَيْ : تَفْرِيْعًا عَلىَ نَجَاسَةِ شَعْرِ الْآدَمَيِّ
Berkata Al-Mushonnif : dan tidak khusus dengan rambut anak adam dalam pendapat yang ashoh, maksudnya : di cabangkan atas masalah najis rambut anak adam
ثُمَّ قَالَ : وَيُعْرَفُ الْيَسِيْرُ بِالْعُرْفِ
Kemudian berkata Al-Mushonnif : dan di ketahui sedikit dari rambut yang sedikit dengan kebiasaan
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 23
قَالَ الْإِمَامْ : لَعَلَّهُ الَّذِيْ يَغْلِبُ اِنْتِتَافُهُ لَكِنَّهُ، قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبْ : يُعْفَى عَنِ الشَّعْرَةِ وَالشَّعْرَتَيْنِ وَالثَّلاَثَ وَيَسْتَثْنَى أَيْضًا اَلْحَيَوَانُ إِذَا كَانَ عَلَى مَنْفَذِهِ نَجاسَةِ ثُمَّ وَقَعَ فِي الْمَاءِ
Berkata Imam Haramain : barangkali yang di maksud adalah rambutnya yang rontok, berkata Imam Nawawi dalam Kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 : di maafkan dari satu rambut dan dua rambut dan tiga rambut dan di kecualikan juga, Hewan jika ada atas duburnya terdapat dajis, kemudian jatuh ke dalam air
فَإِنَّهُ لاَ يُنَجَّسَهُ عَلَى الْأَصَحُّ لِمَشَقَّةِ صَوْنِهِ ذَكَرَهُ الرَّافِعِي فِي شُرُوْطِ الصَّلاَةِ بَخِلاَفِ مَا لَوْ كَانَ مُسْتَجْمِرًا بِحَجْرٍ فَإِنَّهُ يُنَجِّسُهُ بِلاَ خِلاَفِ
Maka sesungguhnya air tersebut tidak najis, atas pendapat yang ashoh, karena kesukaran pemeliharaannya, Ar-Rofi'i menyebutkannya dalam Syarat-syarat Shalat, maka berbeda maslah dengan apa seandainya seseorang bercebok dengan batu lalu cebur ke dalam air yang sedikit, maka sesungguhnya air menjadi najis dengan tidak ada perbedaan pendapat
كَمَا قَالَ فِي شَرَحْ اَلْمُهَذَّبْ : فَإِنَّ الْمُسْتَجْمِرَ بِالْحَجْرِ وَنَحْوِهِ يُمْكِنُهُ الْاِحْتِرَازُ وَيَسْتَثْنَى أَيْضًا مَا إِذَا أَكَلَ الصَّبِيِّ شَيْئًا نَجْسًا ثُمَّ غَابَ وَاحْتَمَلَ طَهَارَةَ فَمِهِ كَالْهِرَّةِ فَإِنَّهُ لاَ يُنَجِّسُ الْمَاءُ الْقَلِيْلُ ذَكَرَ ذَلِكَ اِبْنُ الصَّلاَحْ وَهِيَ مَسْأَلَةُ حَسَنَةِ
Sebagaimana perkataan Imam Nawawi dalam Kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 : maka sesungguhnua cebok dengan batau dan yang menyerupainya, maka akan memungkinkan untuk mencegahnya dan di kecualikan juga, apa yang jika anak kecil yang makan sesuatu yang najis, kemudian najis itu menghilang dan mampu di sucikan mulutnya anak kecil, seperti kucing, maka sesungguhnya mulutnya itu tidak dapat menajiskan air yang sedikit, hal itu di jelaskan oleh Ibnu Shalah dan masalah ini adalah masalah yang bagus
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 24
Wallahu A'lam Bish-Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar