Jumat, 30 Juni 2017

Hukum Menggunakan Bejana Emas Atau Perak Bagian 15




HUKUM MENGGUNAKAN BEJANA
DARI EMAS ATAU PERAK


بَابُ الْآنِيَةُ 

BAB BEJANA 



﴿ وَلاَيَجُوْزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَيَجُوْزُ اِسْتِعْمَالُ غَيْرَهُمَا مِنَ الْأَوَانِي ﴾

﴾ Dan tidak boleh menggunakan bejana emas dan perak dan boleh menggunakan dari bejana selain keduanya ﴿ 

لِمَا فِي الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ مِنْ رِوَايَةِ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَْنهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : 《 لاَتَلْبَسُوْا اَلْحَرِيْرَ وَلَا الدِّيْبَاجَ وَلَا تَشْرَبُوْا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فَإِنَّهَا لَهُمْ 

Sebab dalam Hadits Shahih dari riwayat Hudzifah ra, ia berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : 《 janganlah kalian memakai sutera dan jangan memakai kain bersulam sutera dan jangan meminum dalam bejana emas dan perak, maka sesungguhnya barang-barang itu adalah untuk mereka 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 28 

فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ 》 وَفِي مُسْلِمْ 

dalam dunia dan tidak untuk mereka dalam akhirat 》 dan dalam Riwayat Imam Muslim 

《 اَلَّذِي يَشْرَبُ فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ 》 

《 Orang yang meminum dalam bejana emas dan perak, bahwasannya ia menuangkan ke dalam perutnya adalah neraka jahannam 》 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 مَنْ شَرِبَ فِي إِنَاءٍ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ فَإِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارًا مِنْ جَهَنَّمَ 》

Dan dalam Riwayat lain : 《 Orang yang minum dalam bejana dari emas atau perak, maka bahwasannya ia menuangkan dalam tubuhnya api dari neraka jahannam 》 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 إِنَّ الَّذِي يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ 》 الحَدِيْثُ 

Dan dalam Riwayat lain : 《 sesungguhnya yang makan dan minum dalam bejana emas dan perak 》. Al-Hadits 

وَجِيْمُ يُجَرْجِرُ الثَّانِيَةَ مَكْسُوْرَةٌ بِلَا خِلاَفً 

Dan huruf Jim lafadz 《 YUJARJIRU 》 yang ke dua adalah di baca Kasrah dengan tidak ada perbedaan pendapat 

قَالَهُ النَّوَوِيُّ وَفِي الْإِقْلِيدْ حِكَايَةُ الْخِلاَفْ وَأَمَّا النَّارُ فَيَجُوْزُ فِيْهَا الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالنَّصْبُ هُوَ الصَّحِيْحُ وَمَعْنَاهُ أَنَّ الشَّارِبَ يُلْقِي النَّارَ فِي بَطْنِهِ 

Perkataannya Imam Nawawi dan dalam kitab 《 AL-IQLID 》 menceritakan tentang perbedaan pendapat dan adapun lafadz 《 AN-NAARU 》 maka boleh di dalamnya membaca rafa' dan nashob dan orang yang membaca nashob adalah shoheh dan maknanya adalah bahwa yang meminum itu melemparkan api ke dalam perutnya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 29 

بِتَجَرُّعٍ مُتَتَابِعٍ يَسْمَعُ لَهُ جَرْجَرَةُ وَهِيَ الصَّوْتُ لِتَرَدَّدَهُ فِي حَلْقِهِ وَعَلَى رِوَايَةِ الرّفْعِ تَكُوْنُ النَّارُ فَاعِلَةٌ 

dengan meneguk secara berturut-turut akan terdengar untuknya jarjarah dan ia adalah suara karena canggungnya dalam kerongkongannya dan atas dasar riwayat yang rafa' adalah 《 AN-NAARU 》 menjadi fa'il 

وَمَعْنَاهُ أَنَّ النَّارَ تُصَوِّتُ فِي جَوْفِهِ عَافَانَا اللّٰهُ تَعَالَى مِنْهَا وَمِنْ فِعْلَ يُقَرِّبُنَا إِلَيْهَا 

Dan maknanya : bahwa api itu menjadi suara dalam rongganya, semoga Allah Ta'ala mengampuni kita darinya dan dari perbuatan yang mendekatkan kita kepadanya 

قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرَحْ مُسْلِمْ قَالَ أَصْحَابُنَا اِنْ عَقَدَ الْإِجْمَاعُ عَلَى تَحْرِيْمِ الْأَكَلِ وَالشَّرَبِ وَسَائِرُ الِْاسْتِعْمَالُ فِي إِنَاءِ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةِ إِلَّا مَا حُكِيَ عَنْ دَاوُدْ 

Berkata Imam Nawawi dalam Kitab 《 SYARAH SHAHIH MUSLIM 》 berkata Ash-Hab Syafi'i telah menetapkan kesepakatan atas pengharaman makan dan minum dan seluruh menggunakan dalam bejana emas atau perak kecuali apa yang di kisahkan dari Daud 

وَقَوْلُ الشَّافِعِيُّ قَدِيمْ لِلشَّافِعِيُّ إِنَّهُ يُكْرَهُ وَالْمُحَقِّقُوْنَ لَا يَعْتَدُّوْنَ بِخِلَافِ دَاوُدْ وَكَلَامُ الشَّافِعِيُّ مُؤَوَّلُ كَمَا قَالَهُ صَاحِبُ التَّقْرِيْبُ مَعَ أَنَّ الشَّافِعِيَّ رَجَعَ عَنْ هَذَا الْقَدِيمْ 

Dan imam Syafi'i memiliki Qaul Qadim bahwasannya imam Syafi'i memakruhkannya dan para muhakkik tidak menanggapi pada perbedaan Daud dan ucapan imam Syafi'i di takwilkan sebagaimana perkataannya pemilik Kitab 《 TAKRIB 》 bersama bahwa Asy-Syafi'i telah merujuk dari qaul Qadim ini 

فَحَصَلَ أَنَّ الْإِجْمَاعَ مُنْعَقِدُ عَلَى تَحْرِيْمِ اسْتِعْمَالِ إِنَاءِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالطَّهَارَةِ وَالْأَكْلِ بِعَلَقَةِ مِنْ أََحَدِهِمَا وَالتَّبَخُّرُ بِمُبْخُرَةِ مِنْهَا وَجَمِيْعِ وُجُوْهُ الِْاسْتِعْمَالُ 

Maka menghasilkan bahwa ijma' menemukan atas keharaman penggunaan yang terbuat bejana emas dan perak dalam makan dan minum dan bersuci dan makan dengan sendok dari salah satu keduanya dan menguapkan dengan penguapan darinya dan semua sisi penggunaan 

وَمِنْهَا اَلْمُكْحُلَةِ وَالْمِيْلُ وَظَرْفُ الْغَالِيَةُ وَغَيْرَ ذَلِكَ سَوَاءٌ اَلْإِنَاءِ الصَّغِيْرُ وَالْكَبِيْرُ وَيَسْتَوِي فِي التَّحْرِيْمِ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ بِلَا خِلاَفٍ 

Dan darinya tempat celak mata dan alatnya dan tempat minyak wangi dan selain hal itu sama benjana kecil dan besar dan menjadi sama dalam pengharaman seorang laki-laki dan perempuan dengan tanpa ada perbedaan 

وَإِنَّمَا فُرِّقَ بَيْنَ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ فِي التَّحَلِّي لِقَصْدِ زِيْنَةِ النِّسَاءِ لِلزَّوْجِ وَالسَّيِّدِ وَيَحْرُمُ اِسْتِعْمَالُ مَاءِ الْوَرْدِ وَالْأَدْهَانِ فِي قَمَاقِمِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ هَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ وَفِي اَلْقَنَانِيِّ وَكَذَا يَحْرَمُ تَزْيِيْنُ اَلْحَوَانِيْتِ وَالْبُيُوْتِ وَالْمَجَالِسِ بِأَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ هَذَا هُوَ الصَّوَابُ وَجَوَّزَهُ بَعْضَ الْأَصْحَابُ وَهُوَ غَلَطُ لِأَنَّ كُلَّ شَيْءِ أََصْلُهُ حَرَامٍ فَالنَّظَرِ إِلَيْهِ حَرَامٌ 

Dan sesungguhnya apa yang di pisah antara seorang laki-laki dan seorang wanita dalam berhias karena maksud menghiasi seorang wanita untuk suami dan tuannya dan haram menggunakan air dingin dan minyak dalam botol emas dan perak, ini adalah pendapat yang shahih dan dalam kitab 《 AL-QANAANIY 》 begitu juga haram menghiasi toko dan rumah dan tempat duduk dengan bejana emas dan perak, ini adalah yang benar dan yang memperbolehkannya toko dan rumah dengan bejana emas dan perak oleh sebagian Ash-Hab Syafi'i dan itu adalah telah membuat kesalahan karena sesungguhnya setiap sesuatu asalnya haram, maka yang di pandang kepadanya adalah haram 

وَقَدْ نَصُّ الشَّافِعِي وَالْأَصْحَابُ أََنَّهُ لَوْ تَوَضَّأَ أَوِ اغْتَسَلَ مِنْ إِنَاءِ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ عَصَى وَيَحْرُمُ اتِّخَاذُ هَذِهِ الْأَوَانِي مِنْ غَيْرِ اسْتِعْمَالٍ عَلَى الصَّحِيْحِ لِأَنَّ مَا حَرَمَ اسْتِعْمَالُهُ حَرَمُ اتِّخَاذُهُ كَالَآتِ اللَّهْوِ عَافَانَا اللّٰهُ الْكَرِيْمِ مِنْ تَعَاطِي مَا هُوَ سَبَبُ لِلنَّارِ 

Dan sungguh imam Syafi'i dan Ash-Hab Syafi'i menulis bahwasannya seandainya berwudhu' atau mandi dari bejana emas dan perak, maka dia telah bermaksiat dan haram mengambil bejana emas dan perak ini dari selain menggunakan atas pendapat yang shahih, karena apa yang di haramkan pada penggunaannya maka haram pengambilannya, seperti alat-alat musik, semoga Allah yang Maha Mulia mengampuni kita dari memperaktekkan apa yang menjadi sebab pada neraka 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 30 

Wallahu A'lam Bish-Showab

Minggu, 11 Juni 2017

Cara Menyamak Kulit Bangkai Hewan Dan Tulangnya dan Bulunya Bagian 14





CARA MENYAMAK KULIT BANGKAI HEWAN DAN TULANGNYA DAN BULUNYA 


بَابُ جُلُوْدُ الْمَيِّتَةِ وَعَظَمِهَا 

BAB KULIT BANGKAI DAN TULANGNYA 



﴿ فَصْلٌ : وَجُلُوْدُ الْمَيِّتَةِ تَطَهَّرَ بِالدَّبَّاغِ إِلَّا جِلْدَ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلُّدٌ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا ﴾ 

﴾ Fashal : Dan kulit bangkai dapat suci dengan disamak kecuali kulit anjing dan babi dan hewan yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya ﴿ 

اَلْحَيَوَانُ الَّذِي يُنَجِّسُ بِالْمَوْتِ إِذَا دَبَغَ جَلْدُهُ يُطَهِّرُ بِالدَّبَّاغِ سَوَاءً فِي ذَلِكَ مَأْكُولِ اللَّحْمِ وَغَيْرِهِ 

Hewan yang akan najis dengan mati, jika menyamak kulitnya adalah akan suci dengan disamak, sama dalam hal itu yaitu hewan yang di makan dagingnya dan lainnya 

وَالْأَصْلُ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ مَيْمُوْنَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا حَيْثُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَاتِهَا 《 لَو أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا ؟ فَقَالُوْا : إِنَّهَا مَيْتَةٌ٬ فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :  يُطَهِّرُهُ الْمَاءُ وَالْقَرَظُ 》  

Dan ashal dalam masalah ini ada hadits dari Maimunah Ra, dimana ia berkata : Nabi saw pernah melewati dalam se ekor kambing yang di seretnya, Nabi saw bersabda : 《 seandainya kalian mengambil kulitnya ? maka mereka berkata : sesungguhnya kambing itu bangkai, maka Rasulullah saw bersabda : sucikanlah kulitnya dengan air dan daun salam 》 

وَعَنْ 

Dan dari 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 26 

اِبْنُ عَبَّاسْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أََنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : 《 إِذَا دَبَغَ الْإِيْهَابُ فَقَدْ طَهُرَ 》 

Ibnu 'Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《 jika kulit bangkai telah di samak, maka sungguh telah suci 》 

ثُمَّ إِذَا دَبَغَ الْجِلْدُ طَهُرَ ظَاهِرِهِ قَطْعًا وَكَذَا بَاطِنُهُ عَلَى الْمَشْهُوْرِ الْجَدِيْدِ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ وَفِيهِ وَيُسْتَعْمَلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْيَابِسَةِ وَالرَّطِبَةُ وَيَجُوزُ بَيْعُهُ وَهِبَتُهُ وَالْوَصِيَّةُ بِهِ 

Kemudian jika menyamak kulit yang suci dzahirnya secara pasti dan begitu juga bagian dalamnya atas pendapat imam Nawawi yang masyhur dan Qaul Jadid Imam Syafi'i, maka shalat di atasnya dan di dalamnya ada kulit yang di samak dan di gunakan pada wadah dalam sesuatu yang kering dan yang basah dan boleh menjualnya dan memberinya dan mewasiatkan dengannya 

وَهَلْ يَجُوْزُ أَكْلُهُ مِنْ مَأْكُوْلِ اللَّحْمِ رَجَّحَ الرَّافِعِيُّ بِالْجَوَازِ وَرَجَّحَ النَّوَوِيَّ اَلتَّحْرِيمُ وَيَكُوْنُ الدِّبَّاغُ بِالأَشْيَاءِ اَلْحِرِّيْفَةِ كَالشَّبِ وَالشَّتِّ وَالْقَرْظِ وَقُشُوْرِ الرُّمَّانِ وَالْعَفْصِ 

Dan apakah boleh memakannya dari hewan yang di makan dagingnya, yang rajih menurut Ar-Rafi'i adalah dengan membolehkannya, dan yang rajih menurut imam Nawawi adalah di haramkan dan ada kulit yang di samak dengan sesuatu yang pedas, seperti tawas dan biji pala terasa pahit dan daun salam dan kulit buah delima dan kayu 

وَيَحْصُلُ الدَّبَّاغُ بِالأَشْيَاءِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَالنَّجَسَةِ كَذُرْقِ الْحَمَامْ عَلَى الْأَصَحُّ وَلَا يَكْفِي التَّجْمِيْدُ بِالتُّرَابِ وَالشَّمْسِ عَلَى الصَّحِيحِ وَيَجِبُ غَسْلُهُ بَعْدَ الدَّبَّاغِ إِنْ دَبِغَ بِنَجَسٍ قَطْعًا وَكَذَا إِنْ دَبِغَ بِطَاهِرَ عَلَى الْأَصَحَّ 

Dan terjadi penyamakan dengan sesuatu yang menjadi najis dan sesuatu yang najis, seperti kotoran burung merpati atas pendapat yang ashoh dan tidak cukup di samak membekukan dengan debu dan sinar matahari atas pendapat yang shahih dan wajib menyucinya setelah di samak, jika penyamakan dengan benda najis secara pasti dan begitu juga jika di samak dengan benda suci atas pendapat yang ashoh 

قَالَ الْأَصْحَابْ وَيُعْتَبَرُ فِي كَوْنِهِ صَارَ مَدْبُوْغًا ثَلَاثَةَ أُمُوْرٍ 

Berkata para Ash-Hab Syafi'i : dan menganggap dalam keadaannya menjadikan proses penyamakan ada tiga perkara : 

أَحَدُهَا : نَزْعُ فَضَلاَتِهِ 

Pertama : memindahkan bekas dagingnya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 27 

اَلثَّانِی : أَنْ يَطِيْبَ نَفْسَ الْجِلْدَ 

Kedua : untuk mengharumkan dzat kulit 

الثَّالِثُ : أَنْ يَنْتَهِيَ فِي الدَّبِغَ إِلَى حَالَةٍ بِحَيْثُ لَوْ نَقَعَ فِي المَاءِ لَمْ يَعُدِ الْفَسَادُ وَالنَّتِنُ٬ وَاللّهُ أَعْلَمُ 

Ketiga : untuk mengakhiri dalam penyamakan sampai pada keadaan kulit tersebut, demikian seandainya di rendam ke dalam air, maka tidak menjanjikan pada kerusakan dan berbau busuk. dan Allah lebih mengetahui 

وَأَمَّا جِلْدُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ 

Dan adapun kulit Anjing dan Babi 

وَفَرْعُ أََحَدِهِمَا فَلَا يَطْهَرُ بِالدِّبَاغِ عِنْدَنَا بِلَا خِلاَفِ لِأَنَّهُمَا نَجِسَانِ فِي حَالِ الْحَيَاةِ وَالدِّبَاغُ إِنَّمَا يُطَهِّرُ جِلْدًا نَجُسَ بِالْمَوْتِ لِأَنَّ غَايَةِ الدِّبَاغِ نَزْعُ الْفُضَّلاَتِ وَدَفْعُ الْاِسْتِحَالاَتِ وَمَعْلُوْمٌ أََنَّ الْحَيَاةَ أَبْلَغُ فِي ذَلِكَ مِنَ الدِّبَاغِ فَإِذَا لَمْ تُفِدِ الْحَيَاةُ الطَّهَارَةُ فَأَوْلَى أََنْ لَا يُفِيدَ الدِّبَاغِ 

Dan cabang dari salah satu keduanya, maka tidak suci dengan di samak di sisi kami dengan tanpa perbedaan pendapat karena bahwa keduanya adalah najis dalam masa hidupnya dan penyamakan itu sesungguhnya menyucikan kulit yang najis dengan kematian karena sesungguhnya tujuan dari penyamakan adalah menghilangkan kotoran-kotorannya dan menghilangkan kemungkinan kerusakan sifat dan telah di ketahui bahwa kehidupan itu lebih kuat dalam hal itu dari penyamakan, maka jika tidak bermanfaat dalam kehidupannya pada kesucian, maka lebih-lebih untuk tidak akan bermanfaat pada penyamakan 

﴿ وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجْسٌ إِلَّا الْآدَمِيُّ ﴾ اَلْأَصْلُ فِي ذَلِك قَوْلِهِ تَعَالَى : ﴿ حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ ﴾ وَتَحْرِيْمُ مَا لَيْسَ مُحْتَرَامٌ وَلَا ضَرَرٌ فِي أَكْلِهِ يَدُلُّ عَلَى نَجَاسَتِهِ وَلَا شَكَّ 

﴾ Dan tulang bangkai dan rambutnya adalah najis kecuali anak adam ﴿ Dalil dalam hal ini adalah Firman-Nya Allah Ta'ala : ﴾ Di haramkan kepada kamu (memakan) bangkai ﴿ dan pengharaman apa yang bukan di hormati dan bukan bahaya dalam memakannya menunjukkan atas kenajisannya dan tidak di ragukan 

أََنَّ الْعَظْمَ وَالشَّعْرَ مِنْ أََجْزَاءِ الْحَيَوَانَ نَعَمْ فِي الشَّعْرِ خِلاَفٌ فِي أََنَّهُ يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ أَمْ لَا وَهُوَ قَوْلَانِ : 

bahwasannya tulang dan rambut dari bagian-bagian tubuh hewan, ya dalam rambut hewan adalah ada perbedaan dalam pendapat, sesungguhnya akan najis dengan sebab kematian atau tidak dan ia adalah ada dua pendapat : 

أََحَدُهُمَا : لَا يَنْجُسُ لِأَنَّهُ لَا تَحُلُّهُ الْحَيَاةُ فَلَا رُوْحَ فِيْهِ فَلَا يُنَجَّسُ بِالْمَوْتِ بِدَلِيْلٍ أَنَّهُ إِِذَا قَطْعٌ لَا يُحِسُّ وَلَا يَأْلَمُ وَأَظْهَرُهُمَا أََنَّهُ يَنْجُسُ وَهُوَ الَّذِي جَزَمَ بِهِ الشَّيْخُ لِأَنَّهُ إِنْ حَلَّتْهُ الْحَيَاةِ فَيُنْجُسُ إِلَّا فَيَنْجُسُ تَبِعًا لِلْجُمْلَةِ لِأَنَّهُ مِنْ جُمْلَتِهَا كَمَا يَجِبُ غَسْلُهُ فِي الطَّهَارَةِ وَالْجَنَابَةِ 

Salah satunya : tidak akan najis karena sesungguhnya tidak menempati bulu pada kehidupan, maka tidak ada ruh di dalamnya, maka tidak najis dengan sebab kematian dengan dalil bahwa jika bulu di potong, tidak akan najis dan tidak menyakitkan dan lebih dzahir keduanya bahwasannya rambut itu akan najis dan ia yang di tentekun dengannya oleh Syekh Abu Suja' karena sesungguhnya jika menempati bulu pada kehidupan, maka akan najis kecuali tidak ada ruh akan najis mengikuti pada jumlah badan karena sesungguhnya dari jumlahnya tubuh sebagaimana kewajiban membasuhnya dalam mensucikan dan mandi janabah 

وَأَمَّا الْعَظْمُ فَفِيْهِ خِلاَفُ قِيْلَ إِنَّهُ كَالشَّعْرِ وَالْمَذْهَبُ الْقَطْعُ بِنَجَاسَتِهِ لِأَنَّهُ يُحُسُّ وَيَأْلَمْ بِالْقَطْعِ وَالصُّوْفِ وَالْوَبَرُ وَالرِّيْشُ كَالشَّعْرِ 

Dan adapun tulang, maka di dalamnya ada perbedaan, di katakan, sesungguhnya seperti rambut, dan madzhab Asy-Syafi'i yang mengukur dengan kenajisannya karena sesungguhnya merasakan dan kesakitan dengan pemotongan dan bulu domba dan bulu halus dan bulu ayam seperti rambut 

فَإِذَا قُلْنَا بِنَجَاسَتِهِ الشِّعْرُ فَفِي شَعْرِ الْآدَمِيّ قَوْلَانِ بِنَاءً عَلَى نَجَاسَتِهِ بِالْمَوْتِ إِِنْ قُلْنَا يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ فَكَذَا يَنْجُسُ شَعْرُهُ وَإِنْ قُلْنَا لَا يَنْجُسُ وَهُوَ الرَّاجِحُ فَلَا يَنْجُسُ شَعْرُهُ بِالْمَوْتِ عَلَى الْأَصَحُّ٬ وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Maka jika pendapat kami dengan kenajisannya rambut, maka dalam rambut anak adam ada dua pendapat adalah terbangun pendapat ini atas kenajisannya dengan kematian, jika prndapat kami akan najis dengan kematian, maka begitu juga akan najis rambutnya dan jika pendapat kami tidak akan najis dan ia adalah pendapat yang rajih, maka tidak akan najis rambutnya dengan sebab kematian atas pendapat yang Ashoh, Allah yang lebih mengetahui 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 28 

Wallahu A'lam Bish-Showab

Syarat Benda Yang Boleh Di Gunakan Untuk Cebok Bagian 50

SYARAT-SYARAT BENDA YANG BOLEH DI GUNAKAN UNTUK BERISTINJA' ( CENOK ) وَاعْلَمْ أَنَّ كُلَّ مَا هُوَ فِی مَعْنَى ال...